Selamat Datang di

[1] Demi waktu [2] Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian [3] Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. [QS103:1-3]
Thursday, April 24, 2008
Kembali Nge-Blog
Setelah sekian lama gak sempat ngeblog, alhamdulillah mulai hari ini saya mulai sempatkan lagi utk ngeblog. Ke depan insya Allah akan mulai dengan bisnis terapan.
posted by Khairul Anwar @ 1:05 AM   1 comments
Monday, December 18, 2006
Sesuaikah Jenis Usaha Anda Dengan Tipe Kepribadian Anda? (Bagian 1)
Ada 1001 macam jenis usaha yang sudah ada, dan mungkin ada 1001 macam jenis lagi yang akan digali oleh orang-orang inovatif. Peluang bisnis tidak akan pernah habis, dan kesempatan selalu akan ada selama umat manusia masih menjalankan hajat hidupnya di dunia ini.

Namun demikian, menentukan jenis usaha yang akan dipilih memang sering membingungkan. Ada orang yang menentukan bidang usahanya karena ia melihat bidang tersebut sedang "ngetrend", dan karena banyak sekali orang lain yang juga ingin mendirikan usaha dalam bidang yang sama. Ada lagi yang menetapkan jalur usahanya karena ia kebetulan punya pengalaman di jenis usaha tersebut sebelumnya. Orang lain mungkin membuka toko atas saran sahabat-sahabatnya. Karena keanekaragaman latar belakang seperti itu, bagi seorang pemula, menentukan kegiatan usaha tentu menjadi sesuatu yang sulit. Adakah pendekatan yang lebih mudah untuk mengatasi masalah ini ?

Beberapa orang mengeluhkan : "Saya tidak pintar "ngomong", mana bisa jadi usahawan ?" Sementara yang lain mengatakan : "Saya tidak bakat, tidak biasa dan tidak pandai dagang, mana mungkin jadi wiraswastawan ?" Sepintas memang kalimat-kalimat di atas cukup masuk akal, akan tetapi, sekali lagi perlu ditegaskan bahwa kewiraswastaan tidak identik dengan dagang, sedangkan untuk menjadi wiraswastawan tidak tergantung dari persoalan seseorang "pintar ngomong" atau tidak. Lebih penting adalah adanya niat, kemauan keras serta keuletan.

Yang perlu kita lakukan pertama kali adalah, memeriksa dan berusaha mengenal diri sendiri. Kita perlu mengetahui, siapa diri kita sebenarnya, bagaimana sifatnya, apa saja kemampuannya, apa saja kesenangan-kesenang an nya dan sebagainya. Dengan mengenali diri sendiri seperti itu, kita akan lebih mudah menyesuaikan bidang usaha yang akan dijalankan.

Sifat dan pembawaan seseorang merupakan hal penting yang perlu diperiksa terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk mengusahakan sesuatu. Manusia, pertama sekali bisa dilihat dari minatnya untuk berhubungan dengan manusia-manusia lain. Sebagian orang memiliki tipe dasar kepribadian yang cenderung "ingin" membangun hubungan-hubungan dan ikatan-ikatan terhadap orang-orang lain. Sebagian lagi justru berorientasi meminimalisasi diri dari kontak-kontak antar manusia. Di antara kedua sifat ekstrim tersebut, orang-orang lainnya mempunyai kadar atau intensitas yang berbeda-beda dalam hal keinginan berkomunikasi satu sama lain.

Pada ekstrim yang pertama dimana orang memiliki pembawaan yang selalu "terbuka" bagi pergaulan dengan anggota masyarakat lainnya, disebut orang yang "terbuka", atau dikatakan juga "extrovert". Sebaliknya, orang-orang yang sangat membatasi diri dari pergaulan, disebut orang yang "tertutup" atau "introvert".

Selain persoalan "introvert" dan "extrovert" yang merupakan sifat-sifat manusia tentang bagaimana orientasinya dalam berhubungan dengan masyarakat, maka kita juga perlu melihat bagaimana kecenderungannya dalam melaksanakan hubungan itu sendiri. Apakah ia cenderung memerintah dan mengendalikan orang lain, ataukah justru condong mengalah. Yang disebut terdahulu, orang dengan kecenderungan ingin mengendalikan orang lain, dinamakan sifat yang "dominatif", sedang yang kedua dinamakan "dedikatif".

Dengan demikian ada dua sisi penilaian, yang pertama tentang intensitas keinginan bergaul yang terdiri dari sifat-sifat "introvert" dan "extrovert", serta yang kedua tentang kadar dorongan mendominasi orang lain, terdiri dari jenis "dominatif" dan "dedikatif". Kombinasi dari keduanya, kalau digambarkan akan membentuk sebuah garis sumbu X (horisontal) yang mewakili garis "kadar dominasi", yang dipotong oleh sebuah garis sumbu Y (vertikal) yang mewakili intensitas keinginan berhubungan dengan orang lain, yang kita sebut sebagai garis "pembawaan".

Dengan demikian, akan diperoleh 4 buah kuadran yang masing-masingnya akan menunjukkan sebuah tipe pembawaan manusia, dalam hubungannya dengan bagaimana yang bersangkutan mengadakan kontak dengan orang-orang lain.

Kuadran pertama, menggambarkan tipe menusia yang dinamakan "Dominan" (D), dibentuk dari perpaduan sifat introvert, dengan pembawaan yang kuat untuk mendominasi orang lain. Kuadran kedua, mewakili orang-orang dengan sifat extrovert, senang bergaul dengan orang banyak, terkombinasi dengan bawaan yang juga mendominasi. Golongan ini dinamakan orang-orang dari tipe "Populer" (P), karena sifatnya cenderung mencari pengaruh (influence), popularitas dan persahabatan. Kemudian, ada lagi tipe "Tenang" (T), dibentuk dari perpaduan antara bawaan yang extrovert, dengan sifat condong mengalah pada orang lain. Disebut tipe "Tenang" karena yang bersangkutan biasanya berperilaku tenang (steadiness) serta ramah-tamah (amiable). Tipe "T" terdapat pada kuadran ketiga. Terakhir adalah tipe "Konvensional" (K), terdapat pada kuadran terakhir, kuadran ke empat. Tipe ini dibentuk dari pembawaan yang introvert, terkombinasi dengan sifat mengalah atau melayani.

Dengan adanya keempat tipe ini, masing-masing D,P,T dan K, kita akan mendapatkan peluang untuk menganalisa kondisi mereka, tentang kecondongan- kecondongannya dalam berinteraksi dengan orang-orang lain serta lingkungannya. Kita mulai untuk melihat bagaimanakah kira-kira seluk-beluk orang dari tipe "Dominan".

Orang tipe "D" memiliki motivasi dasar untuk mengejar prestasi. Tindak tanduknya selalu berorientasi kearah suksesnya hasil akhir dari suatu pekerjaan atau tanggung jawab. Sangat menyenangi tantangan, dan untuk bisa berhasil, mereka akan bersedia bekerja keras, bahkan kalau perlu, dengan cara apa saja atau menghalalkan segala cara. Kurang peduli terhadap lingkungan pergaulan, tidak banyak bicara, bertindak serba cepat dan praktis, langsung kesasaran.

Individual tipe "D" menyukai kebebasan, situasi dimana ia tidak diatur-atur orang lain, bebas berkreasi, bebas mengembangkan ide-idenya sendiri untuk mengalahkan tantangan yang dihadapinya. Mereka juga menginginkan kekuasaan, karena tanpa otoritas, keinginannya untuk mengembangkan kreativitas dan gagasan-gagasannya tentu akan banyak terhambat oleh orang lain yang lebih berkuasa.

Bila berhasil mengatasi suatu permasalahan, biasanya mereka sudah tidak tertarik lagi untuk menghadapi masalah yang sama, karena kadar tantangannya sudah tidak ada lagi. Oleh karena itu, mereka amat menyukai aktivitas yang bervariasi, makin banyak keragaman, makin bergairah mereka bekerja. Dalam bekerja pun, tingkat kesulitan merupakan sorotan tersendiri. Bagi orang tipe "D", pekerjaan yang bermutu, adalah pekerjaan yang tingkat kesulitannya tinggi, baru mereka merasa tertantang dan mendapat kepuasan setelah berhasil.

Para "Dominan" yang bekerja disuatu perusahaan atau instansi, menginginkan bahwa status dan jenjang karir yang mereka peroleh, merupakan penghargaan atas prestasi-prestasi kerja mereka. Dengan begitu, mereka akan mendapatkan kebanggaan tersendiri bahwa prestasinya adalah hasil dari serentetan kerja keras dan susah payah.

Sementara itu, orang-orang tipe "P", melakukan sepak terjangnya berdasarkan motivasi untuk memperoleh "pengakuan" (recognition) dari orang banyak, sehingga mereka bisa merasa diri sebagai orang penting dilingkungannya. Karena tujuannya lebih pada bagaimana penilaian orang banyak, maka orang "P" kadang-kadang kurang mewaspadai hasil akhir dari suatu pekerjaan, termasuk batas waktu penyelesaiannya. Mereka menginginkan popularitas, dan untuk itu mereka akan berusaha sedapat-dapatnya untuk mencari pengaruh (influence) kesana-kemari.

Tipe "P" menginginkan prestise, banyak bicara dan sangat mendambakan hubungan-hubungan yang hangat serta bersahabat dengan berbagai fihak. Seperti juga orang tipe "D", para "Popularian" menghendaki situasi yang penuh kebebasan, jauh dari aturan-aturan ketat serta kendali-kendali yang terlalu rinci. Kreativitas menghendaki kebebasan, begitu menurut mereka.

Sebagai konsekuensi dari sifat mereka yang extrovert, orang "Pop" sangat menyenangi pergaulan dengan orang banyak, dengan siapa saja. Pintar bergaul. Untuk itu mereka tidak segan-segan untuk menolong orang lain, serta memotivasi siapa pun yang menurutnya membutuhkan dorongan guna mencapai kemajuan-kemajuan dalam bisnis atau kehidupan ini. Berbicara, baik antar pribadi maupun di depan publik, sambil melontarkan berbagai gagasan dan ide-ide, merupakan kemampuannya yang cukup spesifik. Itu semua menyebabkan mereka bergairah.

Kelompok manusia bertipe "T", motivasi dasarnya adalah persahabatan serta rasa saling menghargai antar sesama. Mereka juga "extrovert", senang dan pandai bergaul. Akant tetapi, umumnya tidak mempunyai ambisi besar dalam hal mencapai prestasi apa pun. Semua dilaksanakan secara "biasa-biasa" saja.

Pembawaan mereka tenang, kalem, dan ramah tamah. Karena sifat yang demikian, jarang orang "T" dinilai sombong atau angkuh, sebaliknya merekalah orang-orang yang dianggap mudah untuk diajak berkonsultasi atau berdiskusi, terutama sebagian di antaranya yang dianggap berotak encer.

Berbeda dengan tipe "D", kelompok tenang ini kurang menyukai tanggung jawab dan tantangan yang bervariasi. Condong untuk berspesialisasi, guna membatasi ruang lingkup tanggung jawab pada area tertentu saja. Sebagai extrovert, orang "T" juga senang bergabung dalam kelompok-kelompok orang banyak, berpartisipasi sebagai anggota. Dalam bekerja, lebih menyukai hadir dalam sistem yang sudah mapan, dimana segala sesuatunya sudah baku dan memiliki panduan-panduan yang jelas.

Karena kurang menyenangi tantangan, dengan sendirinya mereka juga kurang berani mengambil risiko-risiko besar, sehingga condong memilih lingkungan yang aman. Bila ditempatkan ke dalam lingkungan baru yang masih asing, butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Berusaha bertahan untuk selalu berada pada lingkungan yang sudah dikenalnya dengan baik. Bagi orang-orang "T", untuk dapat mencapai sesuatu, diperlukan penjelasan yang sejelas-jelasnya tentang sasaran yang hendak dicapai, sekaligus apa peran mereka dalam kerangka tugas.

Terakhir pada kuadran keempat, kita temui orang-orang dari kalangan "Konvensional" . Orang tipe "K" biasanya bekerja dengan acuan ketelitian, hasil yang benar dan sempurna menurut kaidah-kaidah yang sudah baku, serta kualitas tinggi. Mereka termasuk "introvert", kurang peduli dengan lingkungan sosialnya, sehingga condong membatasi diri dalam berhubungan dengan manusia lain.

Sebagai kompensasi, mereka umumnya sangat teliti dalam pekerjaan, perfeksionis, selalu mengacu pada kesempurnaan hasil akhir. Akan tetapi, karena terlalu telitinya, sering terjadi mereka kurang memperhatikan batas waktu, berharap adanya tuntunan yang jelas langkah demi langkah, serta kadang-kadang butuh dukungan menyeluruh.

Seperti tipe "T", orang-orang konvensional ini juga mendambakan lingkungan yang aman-aman saja. Bisa bekerja dalam kelompok, dengan basis pemikiran bahwa risiko yang dihadapi akan bisa ditekan sekecil mungkin, dan ditanggung bersama.

Karena "introvert"nya, mereka sering mengharapkan mendapat tugas-tugas yang bisa "menenggelamkan" mereka ke dalam keasyikan bekerja. Oleh karenanya, pekerjaan-pekerjaan yang sesuai adalah jenis-jenis yang membutuhkan keakuratan tinggi, atau bidang-bidang penelitian.

Dalam hubungannya dengan pemilihan bidang usaha yang sesuai dengan masing-masing pembawaan di atas, dapat kita lihat bahwa terdapat 4 kuadran yang merupakan hasil kombinasi dan interaksi dari sifat-sifat bawaan tersebut. Perhatikan gambar 2.

Kalau kita tarik kesimpulan dari sumbu vetikal, maka terlihat bahwa orang-orang yang termasuk "extrovert" lebih sesuai untuk memilih bidang-bidang yang memungkinkannya bertemu dengan orang banyak. Di dunia industri, mereka bisa banyak berperan dalam jalur-jalur distribusi. Sebaliknya, bagi kelompok "introvert", akan lebih cocok bila bergerak dalam kegiatan produksi. (Bersambung. .)
posted by Khairul Anwar @ 7:01 PM   3 comments
Sesuaikah Jenis Usaha Anda Dengan Tipe Kepribadian Anda? (Bagian 2)
Dari sumbu horisontal, untuk mereka yang dominan, akan lebih pas kalau menggeluti bidang-bidang usaha yang akan menempatkan dirinya pada posisi mental yang lebih tinggi dari orang lain, sehingga "naluri dominasi"nya akan tersalur dengan baik. Di ujung yang berlawanan, terdapat kelompok orang-orang yang "dedikatif". Mereka ini justru lebih sesuai bila bergerak dalam bidang-bidang yang lebih bersifat "melayani" orang lain.

Pada kuadran I akan kita dapati orang-orang yang kecenderungan bisnisnya dipengaruhi oleh sifat yang mendominasi, serta pembawaan yang introvert. Maka pada daerah ini akan kita temui kelompok wiraswastawan yang menonjol dalam hal kreativitas. Kita sebut kuadran I sebagai "daerah kreatif".

Kuadran II ditempati oleh mereka yang perilakunya dipengaruhi oleh sifat yang mendominasi, serta pembawaan yang extrovert. Maka pada daerah ini akan kita jumpai kelompok wiraswastawan yang lebih cenderung memberikan konsultasi dan pengarahan. Kuadran II kita sebut sebagai "daerah konsultatif".

Kuadran III merupakan tempat orang-orang yang perilakunya dipengaruhi oleh sifat yang condong melayani, terkombinasi dengan pembawaan "extrovert". Kelompok ini lebih cenderung memberikan pelayanan kepada orang lain, menyukai persahabatan yang tulus, dan tidak berusaha mempengaruhi orang lain. Kuadran III kita namakan sebagai "daerah servis (pelayanan)" .

Terakhir, kuadran IV, adalah tempatnya orang-orang yang sifatnya condong memberikan layanan, tapi pembawaannya tertutup, alias "introvert". Kesukaannya lebih kepada hal-hal yang rinci, mengupas masalah-masalah yang ruwet. Oleh sebab itu, kuadran IV bisa disebut sebagai "daerah analitis".

Sekarang mari kita kaji, dari ke-4 tipe manusia di atas, jenis usaha apa saja yang kira-kira sesuai untuk dijalankan oleh mereka masing-masing.·

Orang Dominan, Kelompok Kreatif : Terdiri diri orang-orang yang karena kreativitasnya, sangat mendambakan kebebasan. Dalam bekerja, mereka berorientasi pada pencapaian hasil akhir yang baik. Biasa bekerja sendiri, tidak banyak bicara. Jadi, mereka tergolong pada orang-orang yang "tidak pintar ngomong" (seperti telah disinggung pada bagian awal artikel ini). Karena sifatnya dominan, dalam berwiraswasta seyogyanya lebih memilih bidang-bidang yang tidak perlu banyak berhubungan dengan orang lain guna "lobi-melobi" , karena tugas itu tidak cocok dengan temperamennya. Mereka juga termasuk introvert, oleh sebab itu, lebih baik bergerak dalam bidang produksi, menghasilkan produk-produk tertentu. Di sini, semua ambisi, kebebasan berkreasi serta gagasan-gagasan inovasi bisa terlampiaskan. Bagi orang-orang dari kalangan menengah ke atas, bisa memulai bisnis dengan mendirikan industri-industri besar. Tapi, bagi kalangan menengah kebawah, bisa mencoba industri-industri rumah atau kerajinan.· Orang Popularian,

Kelompok Konsultatif :Orang-orang dari kelompok ini bersifat dominatif dan, karena berpembawaan extrovert, mereka menyukai pergaulan, senang bertemu dengan publik. Pandai bicara. Meski demikian, mereka selalu cenderung mempengaruhi orang lain. Senang popularitas. Positifnya, kebanyakan dari mereka suka membantu dan menolong. Oleh karena itu, orang-orang konsultatif lebih sesuai dalam bidang-bidang usaha yang bersifat mengarahkan atau memberi instruksi. Contohnya, jadi konsultan, membuka kursus, menjadi pelatih olahraga. Sebagai extrovert, mereka juga baik dalam bidang-bidang distribusi, sales dan perdagangan.· Orang Tipe Tenang,

Kelompok Servis/Pelayanan :Sesuai dengan namanya, kelompok ini lebih cocok dalam bidang-bidang yang memberikan layanan kepada pihak lain. Kelebihan orang servis adalah kemampuannya mengikuti keinginan-keinginan orang, yang dilayaninya dengan tulus. Jadi berlawanan dengan kelompok konsultatif yang justru berusaha mengendalikan orang lain.Bidang usaha layanan bisa bermacam-macam, mulai dari membuka bengkel otomotif, elektronik sampai berbagai usaha jasa lainnya.

Orang Konvensional, Kelompok Analitis :Sifat introvert terkombinasi dengan pembawaan yang dedikatif, membuat kelompok ini lebih sesuai dengan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat "memecahkan problem" (problem solver). Cocok untuk membuka usaha seperti jasa terjemahan, reparasi atau akuntan publik. Tentu saja dengan catatan bahwa mereka harus menguasai ilmu pengetahuan yang sesuai.

Guna memberikan familiaritas yang lebih baik tentang berbagai bidang usaha dalam hubungannya dengan tipe dan pembawaan manusia, dibawah ini kita lihat aneka kemungkinan pilihan yang bisa diambil, sesuai dengan kondisi dan situasi masing-masing orang yang berkepentingan.

Bidang Usaha Kelompok KreatifSebagaimana diutarakan di atas, sebelum seseorang menerjunkan diri ke lapangan usaha, seyogyanya ia melakukan penilaian diri terlebih dahulu. Dengan demikian ia akan mengetahui termasuk kelompok manakah kira-kira dirinya itu. Apakah tergolong kelompok kreatif, konsultatif, servis ataukah analatis. Setelah itu, ada lagi yang harus diperiksa lebih jauh, yakni apakah dirinya memiliki sebuah keterampilan khusus, atau menguasai ilmu pengetahuan tertentu dan juga barangkali mempunyai hobi yang khas. Semua hal tersebut akan dapat menjadi modal yang berharga bagi kelanjutan perwujudan usaha.

Memproduksi sesuatu, adalah pilihan yang sesuai untuk orang-orang yang "introvert-dominan" . Untuk itu, bidang produksi menyediakan alternatif yang tak terbatas dalam hal komoditas yang akan dibuat. Namun, tetap harus diingat bahwasanya membuat suatu produk harus terlebih dahulu dipastikan tentang kemungkinan pemasarannya. Produk bisa menjadi "sellable" (bisa dijual) atau "marketable" (bisa dipasarkan), bila nyata-nyata ada pihak-pihak yang membutuhkannya. Sebuah usaha akan menjadi sia-sia bila produknya tidak ada yang membeli.

Contoh-contoh bidang usaha dalam sektor produksi, antara lain adalah :

(1) Bidang Makanan/Minuman : Bidang ini sangat bervariasi dan bisa diwujudkan dalam berbagai tingkatan sesuai dengan tingkat lapisan masyarakat yang akan dituju. Misalnya, kita bisa mendirikan warung makan untuk kalangan menengah ke bawah, atau bahkan restoran mewah untuk kalangan atas, bila modalnya ada. Bisnis makanan dalam bentuk rumah makan atau warung, merupakan salah satu bentuk usaha yang sangat menguntungkan, karena tingkat keuntungannya termasuk besar, bisa mencapai 50% lebih, bahkan dalam kasus-kasus tertentu dapat melebihi 100%. Keunggulan bidang makanan sudah dibuktikan oleh kalangan Warung Tegal (warteg) serta restoran Padang.

(2) Bentuk-bentuk lain dari bisnis makanan adalah usaha catering, yang meliputi nasi rantangan konsumsi karyawan kantor, pesta dan lain-lain, kemudian produksi kue-kue, makanan kecil, minuman segar dan es krim, roti (bakery) dan roti keliling, makanan asongan, aneka manisan dan permen, dan berbagai hidangan lainnya. Pakan ternak juga bisa digolongkan dalam jenis usaha makanan. Saya melihat yang masih berpeluang untuk maju adalah jenis-jenis makanan khas daerah, karena masih teramat banyak jenisnya yang belum diketengahkan dan dipromosikan pada masyarakat nasional. Kita bisa melihat dari sekian jumlah daerah dan suku di Indonesia, baru satu dua makanannya yang telah dikenal luas dan digemari sebagai hidangan lezat. Beberapa diantaranya adalah Sate Madura, Masakan Padang, Pempek Palembang, Gudeg Jogya, Rica-rica dan Bubur Manado, Masakan Sunda, Es Palubutung dari Sulsel, Sagu Ambon, Asinan Bogor dan beberapa lainnya.

(3) Kerajinan :Selain untuk kebutuhan dalam negeri, barang kerajinan juga unggul dalam hal ekspor. Calon wiraswastawan di daerah-daerah sebaiknya memikirkan atau menggali kembali potensi daerahnya yang mungkin saja memiliki jenis-jenis kerajinan yang bisa diketengahkan ke lingkup nasional maupun internasional.

(4) L o g a m : Sentra industri logam di Tegal adalah contoh yang baik, bagaimana kretivitas bisa diwujudkan dalam bidang industri. Sekarang ini masih dibutuhkan terobosan-terobosan baru yang memungkinkan mutu produk logam tersebut bisa lebih ditingkatkan.

(5) Pertanian dan Agrobisnis : Bidang yang merupakan sumber daya paling fundamental dari bangsa Indonesia. Dalam masa krisis, bidang ini telah membuktikan diri sebagai bidang usaha yang tidak saja kebal krisis, tapi bahkan menangguk keuntungan berlipat ganda.

(6) Peternakan dan Tambak : Ini juga sangat berpotensi ekspor, sehingga patut diperhitungkan sebagai jalur bisnis kebal krisis. Udang adalah salah satu komoditas primadonanya.

(7) Rajutan, Bordir, Renda : Meski termasuk kelompok kerajinan, bidang ini bisa diberi perhatian ekstra, karena lebih condong melibatkan tenaga-tenaga wanita. Penulis sangat berharap, jumlah wiraswastawati di Indonesia bisa terus bertambah.

(8) S a b l o n :Kaum kreatif bisa melampiaskan kreativitasnya lewat seni menyablon. Penerapan sablon amat luas, bisa untuk pakaian seperti baju kaus, barang-barang hiasan, peralatan kantor dan lain-lain. Untuk menguasai keterampilan sablon, banyak tersedia kursus-kursus persablonan di banyak kota besar. Biayanya relatif tidak mahal, sehingga patut dijadikan sebuah alternatif unggulan bagi yang ingin terjun ke dunia wiraswasta. Sudah terbukti, dengan sablon banyak pengusaha kecil bisa berkembang dengan baik. Syaratnya adalah penjiwaan, karena sablon berhubungan erat dengan seni dan keindahan.

(9) Penerbitan : Menjadi penerbit, bisa juga dimulai secara kecil-kecilan lebih dahulu. Kalau sang pengusaha juga mampu menulis, usaha ini akan lebih ideal lagi. Pada beberapa kejadian, ada pengusaha kecil yang memulai penerbitannya dengan cara pesanan melalui kotak pos atau internet, sehingga tidak perlu mencetak dengan jumlah besar-besaran sebagaimana dilakukan oleh penerbit yang sudah mapan.

(10) Mainan anak-anak : Komoditas ini ternyata cukup menjanjikan, karena jumlah anak-anak amat banyak. Memproduksi mainan anak tidak perlu yang mewah dan mahal. Di lingkungan sekolah banyak pedagang-pedagang kecil yang menjual mainan-mainan sederhana buatan sendiri (pekerjaan tangan), ternyata amat laris. Anak kecil tidak banyak memperhatikan segi kemewahan, yang penting adalah ide yang sejalan dengan dunia khayal anak-anak. Ada juga beberapa pengusaha kecil yang memproduksi mainan anak sederhana terbat dari tripleks, dan bisa dipasarkan kepada berbagai sekolah taman kanak-kanak.

(11) Kartu ucapan : Meski kelihatan sepele, ternyata kartu ucapan memiliki harapan masa depan yang tidak sepele. Dengan kreativitas tinggi, berbagai merek kartu ucapan seperti HallMark dan lain-lain mampu mengeruk keuntungan besar. Pengusaha Indonesia yang berhasil di bidang ini antara lain adalah produsen kartu ucapan merek Harvest. Mereka yang kreatif di bidang ini, paling tidak bisa memenuhi nafkahnya hanya dengan bersenjatakan pena dan kertas atau amplop, sebagaimana yang dilakukan para pionir di bilangan Pasar Baru Jakarta.

(12) Karya Intelektual :Perwujudan paling murni dari ungkapan bahwa kewiraswastaan merupakan "kerja otak" dan bukan "kerja otot", adalah dalam bentuk Karya Intelektual (KI). Yang dimaksud dengan KI adalah produk-produk yang sepenuhnya merupakan hasil kerja kecerdasan seseorang. Yang termasuk dalam golongan ini adalah : pembuatan perangkat lunak (software) komputer, penulisan buku baik sastra, teknik dan lain-lain, skenario film, sinetron, drama dan lain sebagainya, paket pelajaran tambahan, penciptaan lagu-lagu, karya-karya seni dan lain-lain semacamnya. Sukses dalam KI, akan memungkinkan seseorang menjadi sangat kaya dan sangat terkenal pula. Contohnya adalah Bill Gates, yang berhasil dalam bisnis perangkat lunak komputer, dan sekarang menjadi salah seorang terkaya di dunia. (Bersambung. .)
posted by Khairul Anwar @ 7:00 PM   0 comments
Sesuaikah Jenis Usaha Anda Dengan Tipe Kepribadian Anda? (Bagian 3 )
Bidang Usaha Kelompok Konsultatif

Untuk kalangan yang "extrovert dominan", bidang usaha yang lebih sesuai adalah bidang-bidang yang memungkinkannya berada pada posisi pemegang kendali. Maka, di bawah ini adalah jenis-jenis usaha untuk kalangan mereka :

1) Jasa Konsultasi : Dengan menjadi konsultan, orang-orang dari kelompok ini akan bisa menyalurkan pembawaannya yang dominatif, langsung pada klien. Di sini hubungan kerja antara wiraswastawan (konsultan) dengan pelanggan (klien)nya akan sangat "klop", karena pihak klien sebagai pihak yang membutuhkan secara otomatis akan selalu mengikuti apa yang dinasehatkan, diusulkan atau diinstruksikan oleh sang konsultan. Perlu diperhatikan bahwa untuk menjadi konsultan, seseorang harus mempunyai pengetahuan atau keahlian tertentu yang dibutuhkan oleh pelanggannya. Ada banyak bidang konsultansi, antara lain konsultan pajak, konsultan keuangan. konsultan pemasaran, konsultan konstruksi, konsultan komputer dan lain-lain.

2) Kursus-kursus : Alternatif lain bagi kaum konsultatif adalah membuka usaha dalam bidang pendidikan dan pelatihan. Kursus-kursus keterampilan dan ketenagakerjaan amat diperlukan di Indonesia, karena sebagai negara berkembang, tenaga-tenaga ahli atau terampil merupakan syarat mutlak pelaksanaan pembangunan. Sampai saat ini kursus yang diselenggarakan oleh masyarakat tumbuh dengan suburnya, namun kebutuhan untuk itu masih tetap kurang. Maka, boleh dikatakan orang-orang konsultatif sangat berpeluang di bidang ini. Jenis kursus yang termasuk populer dan terus dibutuhkan antara lain adalah Bahasa-bahasa Asing seperti Inggris, Jepang, Mandarin, Keterampilan seperti Sablon, Mengetik, Komputer, Menjahit, Memasak dan sebagainya. Begitu juga dengan kursus Manajemen.

3) Pusat Kebugaran dan Pelatih Olahraga : Bagi mereka yang menyenangi dan menguasai teknik-teknik berolahraga dapat menggunakan kepandaiannya itu untuk berwiraswasta. Antara lain dengan menjadi pelatih olahraga atau membuka pusat kebugaran (fitness center). Banyak sudah figur sukses dalam bidang ini yang kita ketahui, seperti misalnya para pelatih sepak bola yang direkrut PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) dibayar jutaan rupiah setiap bulannya. Para pelatih aerobik kelas "biasa" rata-rata dibayar sekitar Rp. 500.000,- untuk sekali acara senam pagi selama 1 - 1,5 jam.4) Bidang Perdagangan : Ini merupakan bidang yang secara meluas digandrungi oleh pengusaha-pengusaha dengan temperamen "dominan extrovert". Pengertian dagang yang paling murni adalah menjual barang yang diperoleh dari pihak lain. Dengan demikian, perdagangan lebih condong menyerupai jaringan distribusi barang. Untuk menjalankan perdagangan, bisa ditempuh bermacam-macam jalur, misalnya sebagai distributor, sub-distributor, dealer, agen, reseller (penjual) atau retailer (pengecer). Kebanyakan orang tipe konsultatif sukses dalam perdagangan, karena mereka memang memiliki kelebihan alamiah, berupa kesenangan bergaul dengan banyak orang, pintar bicara dan selalu berkeinginan mempengaruhi pihak lain. Sifat-sifat seperti itu sangat mendukung dalam kewiraniagaan (salesmanship) . Perdagangan sebagai jalur distribusi tidak hanya mencakup perdagangan besar saja dengan sebutan-sebutan seperti tertera diatas, tapi juga termasuk pedagang-pedagang kecil gurem. Misalnya, pedagang asongan yang menawarkan "rokok ketengan/eceran" adalah pedagang kecil pendistribusi rokok, sedangkan anak-anak pejaja koran berfungsi sebagai pedagang kecil penyalur surat kabar. Mereka semua termasuk instrumen perdagangan yang diperhitungkan.Bidang Usaha Kelompok PelayananKelompok ini termasuk "extrovert", namun polaritasnya berbeda dengan kelompok konsultatif. Kalau yang disebut terakhir lebih condong mendominasi, maka kelompok servis conderung melayani atau mengikuti keinginan-keinginan orang lain. Oleh sebab itu, bidang-bidang yang sesuai dengan mereka antara lain adalah :1) Biro Jasa : Banyak jenis biro jasa, misalnya jasa pengurusan surat-surat seperti perpanjangan SIM (Surat Izin Mengemudi), STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan), SIUP (Surat Izin usaha Perdagangan) dan lain-lain. Ada lagi jasa penarikan kendaraan mogok, sekolah mengemudi dan sejenisnya.2) Biro Teknik : Ini juga bidang usaha jasa, karena melayani khalayak masyarakat yang mengalami kesulitan dengan peralatan-peralatan teknik seperti pompa air listrik, kompor listrik, kulkas, AC (air conditioner) serta instalasi listrik. Orang dari golongan "servis" sangat unggul dalam bidang tersebut.3) Jasa Pengetikan : Amat populer dewasa ini, karena jumlah kantor dan perguruan tinggi sudah amat banyak. Mahasiswa yang sedang dalam tugas membuat skripsi merupakan pelanggan utama dari jasa pengetikan semacam itu. Untuk mendirikan, harus diperhatikan lokasi usaha yang strategis terhadap pusat-pusat keberadaan pelanggan seperti kampus dan kantor.

4) Foto Kopi dan Penjilidan : Bidang yang masih satu rumpun dengan jasa pengetikan. Namun, jasa ini memerlukan investasi yang lebih besar dari pada jasa pengetikan, sehingga perlu dipikirkan bagaimana mencari solusi yang tepat untuk mengatasi persoalan modal. Alternatif dapat diambil misalnya dengan mencari mitra penyandang dana, ditambah dukungan distributor. Perlu diketahui bahwa mesin foto kopi bisa disewa untuk keperluan tersebut.

5) Sablon Pesanan : Bidang yang sama dengan bidang persablonan pada kelompok kreatif. Disini, lebih ditekankan pada sistem pesanan, sehingga pelanggan memiliki kebebasan untuk menentukan rancangan dan motif yang dikehendaki. Dalam keadaan bagaimana pun, harus diusahakan agar industrti sablon bisa melayani pesanan disamping produksi standar.

6) Perbengkelan : Meski pada prinsipnya sama, perbengkelan bisa mencakup berbagai bidang yang berbeda. Misalnya, ada bengkel otomotif, yang melayani perbaikan kendaraan roda empat atau roda dua. Ada juga bengkel elektronik, untuk menangani pelayanan pemeliharaan dan perbaikan alat-alat elektronik seperti TV, radio, stereo set, mini compo dan lain-lain, alat-alat elektrik seperti AC, lemari es dan sebagainya. Pada masa sekarang, pemakaian alat-alat tersebut sudah sangat umum, sehingga bidang ini pun cukup menjanjikan. Pilihlah bidang yang disukai dan perdalamlah pengetahuan di bidang bersangkutan.

7) Kontraktor dan Jasa Perbaikan Bangunan : Di kota-kota besar terutama, sekarang ini banyak pemilik rumah yang menghendaki pemeliharaan tempat tinggalnya bisa dilayani dengan cepat dan baik. Begitu juga dengan kantor. Oleh karena itu, peluang dalam bidang ini, cukup bisa diharapkan. Permintaan bisa amat bervariasi dari yang ringan-ringan seperti perbaikan atap yang bocor, pengecatan, sampai yang besar seperti renovasi total atau mendirikan bangunan baru.

8) Rumah Kost : Untuk kebutuhan karyawan atau mahasiswa, di kota-kota besar permintaan jasa akomodasi dalam bentuk rumah kost atau kontrakan cukup tinggi. Peluang ini perlu ditangkap, karena masa depannya cerah. Satu kamar berukuran 15 m2 , bisa dikenai biaya sebesar Rp.1.000.000, - per bulan.

9) Salon Kecantikan : Bidang ini tetap menjadi pilihan favorit bagi kaum wanita, karena dari masa ke masa, kecantikan merupakan kebutuhan pokok kaum hawa. Mendirikan usaha ini pun relatif mudah, karena tidak memerlukan tempat yang terlalu besar, bisa mengambil tempat di lokasi mana pun baik di daerah bisnis maupun di daerah tempat tinggal. Untuk mendalami bidang ini, sekolah-sekolah atau kursus kecantikan banyak sekali dan mudah ditemui, terutama di perkotaan.

10) Makelar: Makelar adalah bisnis mediator atau perantara antara penjual dan peminat. Dari situ, makelar bisa mendapat fee (uang jasa) yang lumayan. Makelar bisa bergerak untuk bermacam-macam komoditas, bisa tanah, rumah, kendaraan, surat berharga dan lain sebagainya. Untuk menggeluti bidang ini, diperlukan keuletan dan kerajinan yang luar biasa, tetapi sekali berhasil dalam satu penjualan tanah atau rumah, biasanya pendapatannya besar. Sebagai usaha bercirikan "modal dengkul", "makelarisme" perlu dipertimbangkan sebagai langkah awal berwirausaha.

Bidang Usaha Kelompok Analitis

Kelompok analitis sebenarnya kurang menyukai bertemu orang banyak, apalagi dalam frekuensi yang sering. Maka dari itu, mereka perlu berusaha di bidang-bidang yang tidak mengharuskannya terlalu banyak "bersosialisasi" , tapi cukup banyak memberi kesempatan untuk berkonsentrasi penuh memecahkan masalah-masalah sebagai dasar bisnisnya. Ingat, bahwa mereka adalah "pemecah masalah" (problem solver).

Bidang semacam itu antara lain adalah :

1) Jasa Terjemahan : Bisnis ini cukup memberi tantangan kepada para analitis, dengan intensitas yang memadai. Terjemahan banyak diperlukan oleh institusi-institusi yang mempunyai hubungan erat dengan dokumen-dokumen, data-data, atau aspek bisnis berlingkup internasional. Fee yang bisa diperoleh tergolong cukup besar, sehingga tidak menimbulkan kekhawatiran dalam hal menanggulangi biaya-biaya operasional usaha.

2) Jasa Reparasi Perangkat Elektronik dan Teknologi Informasi : Dua bidang yang memberikan tantangan analitik yang besar adalah dunia elektronik serta Teknologi Informasi. Bagi wirausahawan yang mempunyai kecenderungan sifat yang "introvert" sekaligus berpembawaan dedikatif, "menenggelamkan diri" dalam keruwetan permasalahan sistem canggih, merupakan kebahagiaan tersendiri. Maka, bidang ini juga bisa dijadikan alternatif pemilihan bidang usaha. Tentu saja dengan catatan bahwa teknologi yang diperlukan harus dikuasai.

3) Karya Intelektual : Bidang yang sama dengan yang kita dapatkan pada kaum kreatif. Ini dapat terjadi karena kedua kelompok itu mempunyai komponen pembawaan yang sama, yaitu "introvert".

4) Perancang Busana :Ini adalah aktivitas mereka mereka yang benar-benar ingin ber-"solo karir". Produk-produk yang dihasilkan biasanya amat tergantung dari kepiawaian pengusaha bersangkutan. Mereka yang berhasil, biasanya selain menjadi mapan dalam hal ekonomi, juga menjadi terkenal.

5) Binatu/Laundry : Bidang ini sangat menonjol bagi keperluan orang-orang perkotaan. Berbagai perkembangan teknik dalam hal layanan binatu sudah semakin canggih, sehingga perlu diwaspadai dan dipelajari.

6) Jasa Penjahitan : Baik diperkotaan mau pun di pedesaan yang cukup maju, menjalankan usaha penjahitan cukup menjanjikan masa depan yang baik. Apalagi kalau sekedar memenuhi nafkah sehari-hari. Yang perlu dijaga adalah masalah ketepatan waktu serta mutu pekerjaan yang baik.

Perlu diketahui bahwa apa yang dipaparkan diatas hanyalah contoh-contoh atau referensi belaka. Masih banyak bidang lain yang belum dicantumkan disini, yang mungkin saja lebih cocok pada kelompok-kelompok dengan pembawaan tertentu. Selain itu, juga perlu dimengerti bahwa banyak bidang-bidang yang sesuai untuk orang-orang tipe tertentu, ternyata juga bisa cocok untuk kelompok lainnya. Ini disebabkan adanya kesamaan komponen pendukung sifat pada orang-orang yang tipenya tidak persis sama. Misalnya, orang kreatif memiliki komponen "introvert", yang juga dimiliki oleh kaum analitis. Begitu juga komponen "dominan" sama-sama dipunyai baik oleh kelompok kreatif mau pun oleh kaum konsultatif.

Rusman Hakim
Pengamat Kewirausahaan
E-mail: rusman@gacerindo. com
Web: http://www.gacerind o.com
Blog: http://rusmanhakim. blogspot. com
Mobile: +62 21 816.144.2792
posted by Khairul Anwar @ 6:59 PM   0 comments
Sunday, November 05, 2006
Etos Bisnis Kaum Muslim
Posted by: "wa2n" mailto:wa2n@nrar.net?Subject=Re:
Mon Oct 23, 2006 9:39 pm (PST)

Etos Bisnis Kaum Muslim*Dwitri Waluyo*/[*Mukaddimah* , //Gatra Edisi Khusus Beredar Senin, 16 Oktober 2006]/

"Hendaklah kamu berdagang, karena di dalamnya terdapat 90 persen pintu rezeki" (H.R. Ahmad).

Orang Islam malas dan miskin. Tuduhan yang menyakitkan. Sayangnya, begitulah kenyataan yang ada. Dalam kurun 1.000 tahun terakhir, di banyak bidang percaturan --politik, budaya, dan terutama ekonomi-- kaum muslim jauh tertinggal dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain di dunia.

Lihatlah fakta-fakta berikut. Dari 56 negara mayoritas muslim, masing-masing memiliki rata-rata 10 universitas, yang berarti total lebih kurang 600 universitas, untuk 1,4 milyar penduduknya. Bandingkan dengan India yang memiliki 8.407 universitas. Sementara Amerika Serikat punya 5.758 universitas.

Dari 1,4 milyar warga muslim hanya menghasilkan delapan peraih Hadiah Nobel, dua di antaranya untuk bidang fisika. Sementara bangsa Yahudi, yang jumlahnya hanya 14 juta jiwa, ternyata mampu meraih 167 Nobel. Untuk mereka yang layak disebut ilmuwan pun, kaum muslim hanya punya kurang lebih 300.000 orang. Artinya, kaum muslim hanya memiliki 230 ilmuwan per satu juta warganya.

Sementara Amerika memiliki 1,1 juta ilmuwan (4.099 per satu juta) dan Jepang punya 70.000 (5.095 per satu juta). Untuk lingkup lebih sempit, yakni di negeri Nusantara ini, keadaannya tidak jauh berbeda. Sampai tahun 2000-an, kaum muslim Indonesia termasuk dalam kelompok marjinal. Terutama dalam percaturan ekonomi dan bisnis nasional.

Fakta yang jelas memprihatinkan. Padahal, Clifford Geertz meyakini, para santri (muslim) Indonesia bakal menjadi elite pengusaha Indonesia di masa depan. Kesimpulan ini diambil setelah antropolog dari Amerika Serikat itu melakukan penelitian mendalam di kalangan santri reformis Jawa pada 1950-an.

Geertz menemukan bahwa /entrepreneurship/ (jiwa kewirausahaan) mereka sangat tinggi. Terlihat memang bahwa di beberapa enklave bisnis (Laweyan, Pekajangan, Ceper, Juwiring, dan lain-lain) di Jawa, para santri bisa "jumawa". Merekalah sang juragan. Etos bisnis yang mereka tampilkan jauh melampaui kelompok mana pun, termasuk kalangan Tionghoa. Berbagai industri, antara lain tenun dan batik, ada dalam genggaman tangan mereka. Tidak ada yang menyangka mereka bakal mudah tersungkur, sebagaimana diramalkan Geertz.

Tapi kita tahu kemudian, teori Geertz bahwa mereka akan menjadi pemain terdepan dalam bisnis nasional ternyata meleset. Setidaknya, kita bisa saksikan bisnis kaum santri itu begitu mudah bergelimpangan. Tumbang. Jangankan untuk bermain dalam skala nasional, apalagi merambah pasar internasional. Untuk taraf persaingan lokal pun mereka tak mampu.

Adakah Geertz keliru menarik kesimpulan? Di mana salahnya? Baiklah, kita tidak usah mencari kambing hitam. Bagaimanapun, potensi santri (kaum muslim) untuk bangkit dari keterpurukan tetap ada. Islam mengajarkan pemeluknya agar berwirausaha. "Bekerjalah kamu, maka Allah, Rasulnya, dan orang beriman akan melihat pekerjaanmu" (Q.S. 9:105).

Nabi Muhammad SAW dan sebagian besar sahabat adalah para pedagang dan /entrepreneur/ mancanegara. Tidak berlebihan karenanya bila dikatakan bahwa etos /entrepreneurship/ sudah melekat dan inheren dengan diri umat Islam. Bukankah Islam adalah agama kaum pedagang, lahir di kota dagang, dan disebarkan ke seluruh dunia oleh kaum pedagang?

Dalam konteks sejarah dunia, etos bisnis umat Islam memang mengungguli etos bisnis bangsa mana pun di dunia ini. Peter L. Bernstein (/The Power of Gold/, John Wiley and Sons, 2000) secara eksplisit mengakui kehebatan bisnis pedagang muslim.

Dan kita tahu, sejarah penyebaran Islam ke berbagai penjuru dunia, sampai abad ke-13 M, pun dilakukan oleh para pedagang muslim. Hal itu menjadi bukti lain bahwa etos bisnis (dagang) kaum muslim sangat tinggi, yang menyeruak hingga mancanegara.

Termasuk keberadaan Islam di Indonesia. Adalah para pedagang yang membawa dan menyebarkannya. Selain ilmu agama, mereka juga mewariskan keahlian berdagang ke masyarakat, khususnya di kalangan masyarakat pesisir.

Terbukti kemudian, daerah-daerah yang penyebaran Islamnya kuat memiliki etos bisnis yang kuat pula. Lihatlah suku Minangkabau, Banjar, orang-orang Pidie, Bugis, atau Gorontalo. Mereka orang-orang yang memiliki jiwa dagang yang gigih dan puritan secara etik, hemat, dan sederhana.

Sejarah mencatat, sejumlah nama muslim beken sebagai pengusaha tangguh. Di zaman Hindia Belanda tercatat nama Abdul Ghany Aziz, Agus Dasaad, Djohan Soetan, Perpatih, Jhohan Soetan Soelaiman, Haji Samanhudi, Haji Syamsuddin, Niti Semito, dan Rahman Tamin.

Di awal masa kemerdekaan pun ada sejumlah nama muslim yang sempat melesat. Mereka yang diikutkan dalam apa yang dikenal dengan sebutan Program Benteng (1949-1959) juga mampu menunjukkan sikap dan kualitas kewirausahaan yang tangguh. Meski, dalam perkembangan berikutnya, posisi mereka dalam percaturan bisnis skala nasional tergerus oleh kekuatan-kekuatan yang lain.

Hingga ada suatu masa ketika posisi para pengusaha muslim amat sangat memprihatinkan. Mereka yang bergerak di bidang pertenunan, batik, dan lainnya mengalami kemunduran amat drastis. Mereka tidak mampu lagi bersaing dalam proses perekonomian bangsa yang mengarah pada kapitalisme.

Memasuki tahun 2000-an, titik terang bagi bisnis kaum muslim mulai terlihat. Di masa ini, muncul apa yang disebut sebagai gerakan ekonomi syariah. Yakni ditandai dengan kehadiran lembaga-lembaga keuangan yang dikelola secara Islami. Hasil gerakan ekonomi syariah itu memang tidak serta-merta terlihat.

Hanya saja, adanya keberpihakan ini bisa dijadikan momentum untuk mendorong atau merekonstruksi kembali tumbuhnya jiwa kewirausahaan umat Islam Indonesia. Bagaimanapun, maju atau tidaknya ekonomi kaum muslim tentu bergantung pada mereka sendiri.

/Gatra/ edisi khusus kali ini disiapkan dengan semangat optimistis dan kejujuran hati. Bahwa di tengah carut-marut ekonomi dan bisnis nasional, sejumlah kalangan dengan etos kerja tinggi terus mencoba peruntungan. Kaum muslim ikut ambil peran penting di sana.

Kami mencoba memotret segala aktivitas bisnis kalangan muslim. Baik mereka yang bergerak secara individu maupun lewat organisasi yang terhitung rapi. Terbukti nanti bahwa mereka tidak pernah berhenti berkarya.

Untuk sementara waktu, mereka memang masih ada di taraf bisnis kelas lokal. Tapi tidak sedikit pula dari para wirausahawan muslim itu yang mulai mengintip bisnis tingkat nasional hingga internasional.

Satu hal yang tidak boleh dilewatkan, para /entrepreneur/ muslim itu bekerja dengan hati. Apa yang mereka peroleh mereka dedikasikan untuk kemaslahatan umat.Tentu saja, cerita edisi khusus kali ini bukan sekadar catatan dan pengantar bacaan di musim libur Lebaran. Kami berharap, ini akan menjadi pijakan bagi kaum muslim untuk melangkah lebih baik lagi. Selamat Idul Fitri 1427 H. Mohon maaf lahir dan batin.*Dwitri Waluyo*[*Mukaddimah* , /Gatra/ Edisi Khusus Beredar Senin, 16 Oktober 2006]
posted by Khairul Anwar @ 5:31 PM   1 comments
Friday, September 08, 2006
Mengendalikan Emosi
Mengarahkannya untuk keberhasilan dan kebahagiaan.
1. Perasaan-perasaan yang kita alami umumnya bersumber dari pikiran. Ketika kita berpikiran negatif, perasaan kita cenderung menjadi negatif. Sebaliknya ketika kita berpikiran positif, perasaan kita cenderung positif. Jadi mengendalikan pikiran adalah langkah pertama untuk mengendalikan perasaan.

2. Biasakanlah memberi kesempatan kepada pikiran untuk mengambil keputusan. Semakin kita mahir menyerahkan keputusan kepada pikiran, maka semakin sehat emosi kita. Itu adalah kondisi ideal dimana akal yang mengendalikan perasaan, bukan perasaan yang mengendalikan akal.

3. Emosi negatif adalah sinyal bahwa ada yang tidak beres dalam diri kita. Ketika suasana hati kita menjadi tidak nyaman, cobalah menenangkannya dengan berdoa, menemui sahabat untuk berbagi perasaan, beristirahat, mendengarkan musik, atau apa saja yang kita sukai.

4. Pertanyakanlah dengan kritis perasaan-perasaan negatif yang kita rasakan. Misalkan, apakah masalahnya terlalu berbahaya sehingga kita begitu ketakutan?. Apakah masalahnya begitu gawat sehingga kita harus marah besar?.

5. Pertanyakanlah dengan tegas keyakinan-keyakinan kita yang salah. Misalnya, Siapa bilang kegagalan itu kebodohan.? Siapa bilang masalah yang kita hadapi itu tidak ada jalan keluarnya.? Siapa bilang kita tidak mampu memaafkan?. Siapa bilang putus cinta itu kiamat?.

6. Kendalikan reaksi kita terhadap situasi yang tidak menyenangkan. Misalnya ketika ada yang menyalip kendaraan kita. Kita bisa memilih untuk marah atau untuk tetap tenang. Yang pertama bisa membuat kita jadi orang yang reaktif dan emosional, tapi yang kedua mengajar kita menguasai diri dengan baik.

7. Perasaan bukanlah masalah benar atau salah. Manusiawi sesekali memiliki perasaan takut, marah, sedih dan kecewa. Yang penting kita tidak larut dalam perasaan-perasaan negatif itu dan tidak mengambil keputusan-keputusan penting dalam suasana hati yang kacau.

8. Perasaan yang negatif dan suasana hati yang buruk bisa juga disebabkan oleh kondisi tubuh yang tidak sehat. Kita bisa saja merasa bete ketika flu, ketika stress, ketika kurang tidur dsb. Tidak perlu mencemaskan perasaan tidak nyaman kita yang bersifat sementara itu. Seringkali melakukan tindakan-tindakan sederhana bisa mengubah suasana hati kita.

9. Hidupkanlah perasaan-perasaan yang menyenangkan sesering mungkin, termasuk untuk hal-hal yang kita inginkan terjadi. Misalnya perasaan gembira, ketika kelak kita bertemu kekasih kita, ketika kelak kita mendapatkan pekerjaan atau bisnis yang kita impikan. Itu adalah salah satu cara mengarahkan emosi untuk membantu mewujudkan impian kita menjadi kenyataan.

10. Belajarlah mengucap syukur dalam segala keadaan. Hati yang penuh dengan ucapan syukur akan membuat hidup lebih ringan, pikiran lebih jernih dan perasaan lebih nyaman sehingga mengendalikan perasaan bukan lagi beban yang berat.
"Emosi adalah kekuatan besar yang bisa menggerakkan hidup kita kearah kebahagiaan dan keberhasilan. Tapi tanpa pengendalian, emosi juga bisa merusak kualitas kehidupan kita
posted by Khairul Anwar @ 6:19 PM   1 comments
Tuesday, July 11, 2006
Kaya Ide, Miskin Keberanian
Kaya Ide, Miskin Keberanian[27/02/2006, 14:44:45] Oleh : Purdie Chandra

Kita harus ada keberanian untuk jatuh - bangun. Ada sebuah pertanyaan menarik dari seorang peserta "Entrepreneur University" angkatan ketiga saat mengikuti kuliah perdana pekan lalu. "Saya begitu banyak sekali ide bisnis, tapi nyatanya tak ada satu pun ide bisnis itu terealisir. Akibatnya, saya hanya sekadar kaya ide, tapi bisnis tak ada?", tanya peserta yang kebetulan ibu-rumah tangga itu. Saya kira, pertanyaan atau kejadian seperti itu tak hanya dialami oleh ibu tadi, tapi juga cukup banyak dialami oleh kita semua, bahwa yang namanya ide bisnis itu ada-ada saja. Tapi, yah hanya sekadar ide bisnis, sementara bisnisnya nol atau tak terwujud sama sekali.

Terkadang ide yang tidak kita realisir justru sudah dicoba lebih dulu oleh orang lain. Dalam konteks ini, saya berpendapat, sebenarnya untuk membuat bisnis, memang dibutuhkan ide. Hanya saja, karena kita hanya kaya ide, namun miskin keberanian untuk mencobanya, maka yang berkembang adalah idenya, sedang bisnisnya nol.

Menurut saya, miskinnya keberanian itu bermula ketika kita mendapat pendidikan di sekolah atau di bangku kuliah, yang kita dapat hanyalah teori semata. Jadi, kita terlalu banyak berteori, tapi miskin praktek. Akibatnya, ketika kita kaya ide, miskin keberanian.

Artinya, kalau kita hanya menguasai teori, namun kalau tidak bisa dipraktekkan, maka ide bisnis sehebat apapun akan sulit jadi kenyataan. Yah, seperti halnya, kita belajar setir mobil. Kalau kita hanya tahu teorinya, tapi tak pernah mencoba atau mempraktekkannya, tentu tetap tidak bisa setir mobil.

Jadi, saya kira, persoalannya adalah terletak pada, bagaimana kita yang semula hanya kaya teori atau hanya sekadar bermain logika atau istilah lainnya hanya mengandalkan otak kiri, kemudian bisa berpikir atau bertindak dengan otak kanan, Saya yakin, jika kita mampu juga menggunakan otak kanan, maka seperti pada saat kita setir mobil.

Serba otomatis, tidak lagi harus dipikir, semua sudah di bawah sadar kita. Kalau pun, di saat kita praktek setir mobil atau mempraktekkan teori kita itu, terjadi berbagai kendala, seperti: di saat kita memasukkan mobil ke garasi, mobil kita sedikit rusak karena nyenggol pagar misalnya, saya kira nggak masalah. Begitu juga, ketika kita kecil belajar bersepeda, mengalami jatuh beberapa kali, itu sudah biasa. Tapi, akhirnya, bisa juga kita naik sepeda. Artinya, kita baru bisa naik sepeda setelah pernah mengalami jatuh beberapa kali.

Di bisnis, saya kira itu juga sama. Kita harus ada keberanian untuk jatuh dan bangun. Sebaliknya, kalau tidak ada keberanian seperti itu, bisnis sekecil apapun tak akan ada. Dan, kalau kita biarkan ide bisnis itu, akibatnya kita hanya kaya ide bisnis, tapi miskin duitnya.
Saya yakin, dengan keberanian itulah akan mendatangkan duit. Oleh karena itulah, menurut hemat saya, lebih baik kita berani mencoba dan gagal dari pada gagal mencoba. Anda berani mencoba?
posted by Khairul Anwar @ 9:22 PM   0 comments
9 dari 10 Kekayaan Ada di Tangan Pedagang
9 dari 10 Kekayaan Ada di Tangan Pedagang [25/01/2006, 09:02:13]

Enterpreneurship (kewirausahaan), dalam beberapa tahun terakhir menjadi topik yang makin sering dibicarakan. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan 1997 telah mengajarkan kepada masyarakat bahwa menggantungkan harapan kepada orang lain (bekerja pada orang lain) sudah bukan lagi pilihan utama sebagaimana yang selama ini selalu diajarkan oleh para orang tua kita sejak kita masih kecil.

Krisis ekonomi telah menimbulkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menimpa jutaan pegawai. Angka pengangguran melonjak drastis. Baik mereka yang menganggur karena belum juga dapat pekerjaan, baru lulus kuliah, maupun para penganggur baru yang berasal dari perusahaan-perusahaan yang bangkrut.

Di sisi lain, krisis ekonomi telah menumbuhkan 'berkah' berupa lahirnya para enterpreneur (wirausahawan) baru. Mereka ini adalah orang-orang yang jeli melihat peluang, dan tak gamang menghadapi kesulitan-kesulitan.

Ketika banyak orang meratapi nasibnya yang malang akibat terkena PHK dan tak juga dapat pekerjaan, mereka mengarahkan segenap daya dan upaya untuk menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka menyadari bahwa jalan untuk meraih sukes, kekayaan maupun kebahagiaan bukanlah dengan menjadi kuli, melainkan menjadi bos bagi diri sendiri dan orang lain.

Mereka menyadari bahwa rezeki itu sebagian besar ada di tangan pengusaha, bukan di tangan pekerja. 'Nabi Muhammad pernah mengatakan bahwa sembilan dari 10 kekayaan berada di tangan pedagang, sedangkan sisanya yang hanya satu bagian itu dibagi-bagi di antara sekian banyak orang yang lebih memilih menjadi pekerja,' kata Presiden Direktur/CEO PT Foodland Adam Mandiri Islami (Foodland), Novian Masud pada pembukaan showroom Foodland Shohib dan Stock Center Manajemen Qolbu Barokah di Cipondoh, Tangerang, pekan lalu.
Karena itulah, kata Novian, masyarakat kini sebaiknya lebih memperhatikan aspek pengembangan ekonomi, khususnya bidang kewirausahaan. 'Nabi menganjurkan umatnya untuk menjadi pengusaha, bukan menjadi pekerja,' tandasnya.

Novian menambahkan, sejarah pengembangan Islam di zaman Rasulullah penuh dengan contoh para konglomerat yang mengembangkan bisnisnya untuk kepentingan masyarakat luas. 'Kita mengenal nama-nama seperti Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf. Mereka adalah konglomerat di zamannya.Istri Rasulullah, Siti Khadijah juga merupakan konglomerat,' paparnya.

Menurut Novian, para konglomerat Muslim di masa lalu telah menerapkan prinsip-prinsip ekonomi syariah, yang dilandasi pada dua hal, yakni halal dan thoyyib. Artinya, bisnis tersebut tidak hanya halal, tapi juga harus baik. Baik sumbernya, prosesnya, maupun hasil akhirnya.
'Salah satu aplikasi ekonomi syariah itu adalah ritel syariah,' kata pengusaha yang sejak Desember 2004 mengembangkan showroom Foodland Shohib dan sedang menyiapkan pendirian hipermarket halal Foodland.

Hal senada dinyatakan oleh KH Idup Indrawan, pimpinan Yayasan Yatim Al Mubarok, Cipondoh, Tangerang. 'Rasullah, sejak masa mudanya telah menekankan pentingnya berbisnis. Beliau telah merintis usaha bisnis sejak masih usia belasan tahun.

Beliau juga telah mencontohkan bagaimana cara berbisnis yang baik, yakni bisnis yang dilandasi oleh kejujuran dan keterbukaan, aman dan kecerdasan, sehingga Beliau digelari Al Amin, artinya orang yang dapat dipercaya,' tegasnya.

Menurut Idup Indrawan, kewirausahaan menjadi sangat penting bagi umat Muslim untuk mengejar ketertinggalannya di bidang ekonomi. 'Selama ini umat Islam hanya menjadi penonton, sehingga ekonomi dikuasai oleh umat lain.

Kalau umat Islam ingin bangkit dari ketertinggalan di bidang ekonomi, maka umat Islam harus mengarahkan kembali perhatiannya pada bidang ekonomi seperti yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabat dahulu,' tandasnya.

Pemilik Foodland Shohib dan Stock Center Cipondoh, Masrukin mengatakan pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat untuk berbisnis. 'Asalkan kita menyadari potensi kita dan mau bersatu, insya Allah kita bisa menjadi pengusaha yang berhasil,' tuturnya.

Masrukin lalu mencontohkan falsafah jari-jari tangan. Ibu jari berarti setiap orang punya kekuatan dan potensi. Telunjuk berarti motivasi. Jari tengah menandakan perlunya keseimbangan antara dunia dan akhirat, jasmani dan rohani. Jari manis bisa tegak kalau ditopang oleh tangan yang satu lagi, artinya perlu kolaborasi dengan pihak lain. Sedangkan kelingking, sebagai jari yang paling kecil mengandung falsafah jangan sampai hal-hal kecil mengganggu suatu usaha bisnis. Semua jari itu bisa mengepal bila ditopang oleh telapak tangan. Artinya, untuk sukses bisnis, kita harus bersatu. Sumberdaya yang ada harus dikelola dengan baik. Artinya, perlu manajemen yang baik,' ujar Masrukin.( ika )
Sumber : RepublikaOnline.
posted by Khairul Anwar @ 9:20 PM   1 comments
Monday, July 10, 2006
Membangun Kekuatan Ekonomi Masjid
Apabila umat Islam memiliki komitmen yang kuat untuk memberdayakan mesjid sebagai pusat kegiatan perekonomian, maka berbagai permasalahan yang terkait dengan rendahnya tingkat kesejahteraan umat akan dapat diatasi.

Bahkan bukan tidak mungkin, hal ini akan menjadi sumber inspirasi bagi kebangkitan umat Islam di seluruh bidang kehidupan. Sebagaimana telah diketahui bersama, mesjid adalah pusat ibadah umat Islam.

Jika kita menilik pada shirah Rasulullah SAW, maka kita akan menemukan fakta bahwa mesjid memiliki peran yang sangat vital dan signifikan dalam pengembangan dakwah Islam.

Rasulullah menjadikan mesjid sebagai sentra utama seluruh aktivitas keumatan, apakah itu dalam aspek tarbiyah (pembinaan) para sahabat, pembentukan karakter para sahabat sehingga mereka memiliki keimanan dan ketakwaan yang sangat kokoh kepada Allah SWT, maupun aspek-aspek lainnya termasuk politik, strategi perang, hingga pada bidang ekonomi, hukum, sosial dan budaya.

Pendeknya, mesjid menjadi pusat utama ibadah umat Islam, dari mulai ibadah mahdlah yang bersifat ritual hingga ibadah muamalah yang bersifat sosial. Pada kesempatan ini, penulis bermaksud memfokuskan pada upaya membangun kekuatan ekonomi mesjid.

Jika kita kembali kepada perjalanan dakwah Rasul bersama para sahabatnya, maka kita kita akan menemukan kenyataan bahwa kegiatan ekonomi mendapat perhatian tersendiri dari Rasulullah Muhammad SAW.
Sebagai bukti kecil adalah dekatnya lokasi pasar dengan mesjid, sehingga tidaklah mengherankan jika di sekitar lokasi Masjidil Haram dan Mesjid Nabawi ditemukan pasar, yang hingga sekarang keberadaannya masih tetap terpelihara.

Bahkan jemaah haji kita pada musim haji sangat dikenal engan kebiasaannya, yaitu setelah melaksanakan thawaf mengelilingi Kabah, mereka melakukan thawaf di Pasar Seng (istilah bagi pasar di sekitar lokasi Masjidil Haram), untuk membeli berbagai macam cinderamata yang akan dibawa ke tanah air.

Ini membuktikan bahwa ajaran Islam sangat memberikan perhatian pada upaya untuk mengembangkan perekonomian umat. Hal ini memberikan peluang kepada kita untuk memikirkan upaya untuk membangun kekuatan ekonomi umat dengan berbasis mesjid.
Tentu saja yang penulis maksud disini adalah bukan untuk menjadikan mesjid sebagai balai perdagangan, karena hal tersebut memang dilarang oleh Rasulullah SAW, sebagaimana dinyatakan dalam sabdanya : Apabila kamu melihat orang menjual atau membeli di dalam mesjid, maka katakanlah kepadanya : Mudah-mudahan Allah tidak untungkan perdaganganmu? (HR Imam Nasaâi dan Tirmidzi).

Yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana membangun kekuatan ekonomi yang memanfaatkan segala potensi yang dimiliki oleh mesjid, baik itu potensi jemaah, potensi lokasi mesjid, potensi ekonomi masyarakat sekitar mesjid, dan potensi-potensi lainnya.

Bila kesemua potensi tersebut dapat dikelola dengan baik, maka penulis berkeyakinan bahwa problematika pengangguran dan kemiskinan, yang menjadi musuh utama umat Islam dewasa ini, akan dapat diminimalisasi. Langkah-langkah yang dapat dilakukan Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan didalam membangun dan merealisasikan potensi kekuatan umat berbasis mesjid.

Langkah-langkah tersebut antara lain : Mendata potensi jemaah mesjid Sudah saatnya pengurus mesjid memiliki data potensi jemaah yang dimilikinya. Jika kita cermati, maka jumlah mesjid yang memiliki data potensi jemaah masih terbilang sangat sedikit.
Kalaupun ada, maka kualitas data yang dimiliki umumnya masih kurang memuaskan. Untuk itu, sebagai langkah awal didalam membangun kekuatan ekonomi mesjid, maka ketersediaan data potensi ini menjadi sebuah keharusan.

Data ini, paling tidak, meliputi : - data jemaah yang terkategorikan mampu dan tidak mampu, dengan standar yang ditetapkan oleh pengurus mesjid, termasuk lokasi persebaran tempat tinggalnya - diversifikasi mata pencaharian masing-masing individu jemaah mesjid - latar belakang pendidikan para jemaah, termasuk data kependudukan lainnya yang bersifat standar, seperti usia dan jenis kelamin Pengurus mesjid hendaknya menganalisis pula tingkat partisipasi masing-masing jemaah dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak mesjid.
Hal ini dapat dijadikan sebagai indikator komitmen yang bersangkutan didalam memakmurkan mesjid. Mendata potensi ekonomi lingkungan sekitar mesjid Langkah selanjutnya adalah mendata potensi ekonomi masyarakat yang tinggal di sekitar mesjid, termasuk menganalisis potensi strategis lokasi mesjid.

Tentu saja mesjid yang berlokasi di daerah perumahan yang mayoritas penduduknya bekerja pada sektor jasa, akan memiliki potensi yang berbeda dengan mesjid yang berlokasi di wilayah yang didiami oleh mayoritas petani atau nelayan. Analisis yang tepat akan menggiring pada pemilihan aktivitas ekonomi yang tepat.

Misalnya, untuk wilayah perumahan yang tidak memiliki toko yang menjual kebutuhan dasar rumah tangga, maka mesjid dapat membuka usaha toko untuk memenuhi kebutuhan tersebut.Atau mesjid dapat membuka usaha pengadaan pupuk murah bagi petani, apabila mayoritas penduduk sekitar mesjid adalah petani, namun memiliki kesulitan didalam mendapatkan pupuk murah.

Masih banyak contoh lainnya, akan tetapi yang terpenting adalah pihak pengelola mesjid harus mampu menangkap kebutuhan masyarakat sekitar, sehingga ini akan memberikan ruang dan peluang bagi pengembangan aktivitas ekonomi mesjid.

Menggandeng mitra yang berasal dari Bank Syariah, BPRS Syariah, maupun lembaga keuangan syariah (LKS) non bank lainnya Pada langkah selanjutnya, pihak mesjid sebaiknya menggandeng mitra / partner yang berasal dari lembaga keuangan syariah, baik institusi perbankan seperti bank syariah dan BPRS syariah, maupun institusi non bank seperti BMT (Baytul Maal wa at-Tamwil).

Hal ini sangat penting untuk dilakukan, disamping sebagai syiar dan dakwah, juga untuk menumbuhkan kesadaran berekonomi secara Islami bagi masyarakat umum. Pihak mesjid pun akan mendapatkan tambahan sumber pembiayaan bagi kegiatan operasionalnya.

Bagi pihak bank syariah, hal ini merupakan peluang dan kesempatan untuk memperluas pasar, dengan menyerap segmen masyarakat sekitar mesjid secara lebih optimal. Bahkan pihak bank pun dapat membuka kantor cabang pembantu, atau kantor kas yang berlokasi di sekitar mesjid dengan tujuan untuk menjaring nasabah potensial.

Memperkuat jaringan ekonomi dengan mesjid lainnya Didalam era global dewasa ini, salah satu sumber kekuatan bisnis adalah terletak pada kekuatan jaringan yang dimiliki. Semakin luas jaringan, semakin kuat pula bisnis yang dimiliki. Karena itulah, mesjid harus memanfaatkan secara optimal potensi jaringan yang dimilikinya.

Jaringan merupakan salah satu sumber kekuatan umat yang harus dikelola dengan baik, sehingga akan memiliki manfaat yang bersifat luas. Sebagai contoh, dengan jaringan yang baik, maka Mesjid A yang memiliki usaha untuk menjual beras petani disekitarnya, akan dapat memasarkan produknya kepada Mesjid B yang membutuhkan pasokan beras bagi kebutuhan masyarakat sekitarnya yang bekerja, misalkan, pada sektor industri jasa.

Dengan pola seperti ini, maka dapat dipastikan sektor riil akan bergerak, dan tingkat pengangguran pun dapat diminimalisir karena pihak mesjid dapat mempekerjakan anggota masyarakat yang tidak mendapatkan pekerjaan.

Penutup,Penulis berkeyakinan, apabila umat Islam memiliki komitmen yang kuat untuk memberdayakan mesjid sebagai pusat kegiatan perekonomian, maka berbagai permasalahan yang terkait dengan rendahnya tingkat kesejahteraan umat akan dapat diatasi. Bahkan bukan tidak mungkin, hal ini akan menjadi sumber inspirasi bagi kebangkitan umat Islam di seluruh bidang kehidupan. Semoga! Wallahualam.
----------------------------------------------------------------Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Ekonomi Islam, International Islamic University Islamabad.
posted by Khairul Anwar @ 10:36 PM   6 comments
Selamat Datang
Assalamu'alaikum Wr. Wb,

Selamat Datang di Blogspot pribadi saya. Blogspot ini bersifat terbuka dan untuk umum. Artikel2 yang ada di blogspot ini bisa saya tulis sendiri atau bisa juga mengutip dari tempat lain dengan mencantumkan sumbernya.

Jika ada usulan, masukan, saran ataupun pertanyaan silahkan masukkan dalam comment atau tinggalkan pesan dalam Shoutbox. Insya Allah kalau ada kesempatan akan ditanggapi.

Atas kunjungan maupun masukan2 yang diberikan saya sampaikan banyak terima kasih.

Wassalam,
Anwar
posted by Khairul Anwar @ 8:45 PM   0 comments
 
Data Pribadi

Nama : Khairul Anwar Khairul Anwar
Posisi : Batam - Indonesia
Pekerjaan: Swasta
-
Jam [WIB]

Waktu Shalat

Post (Isian) Sebelumnya
Arsip
Kotak Pesan


Free chat widget @ ShoutMix

Link Favorit
Link Teman
Link Favorit
Powered by

Indonesian Muslim Blogger

BLOGGER

Anda Pengunjung No.

Medical Billing Software

Banner

animasi bola dunia